Senin, 26 Maret 2012


Nama               : Edi Susanto
NIM                : 1120410080
Mata Kuliah    : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen              : Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, MA
Soal.
1.      Perbedaan aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi. Kemudian analisis dari sudut pandang filsafat pendidikan Islam.
a.       Perbedaan aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi
1)      Aliran emperisme, bahwa perkembangan dan pembentukan manusia itu ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, termasuk pendidikan. Aliran ini dikenal dengan yang dikenal denga teori Tabularasa atau Empirisme yaitu bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih, dan lingkungan itulah yang memberi corak atau tulisan pada kertas putih tersebut. Pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang. Nampak dari teori ini bersifat optimis, karena bagaimanpun juga lingkungan dapat diusahakan dan diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2)      Aliran nativisme, bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Proses pembentukan dan perkembangan pribadi ditentukan faktor pembawaan ini, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Potensi-potensi bawaan inilah sebagai kepribadian manusia, bukan hasil binaan lingkungan pengalaman dan pendidikan. Bagaimanapun usaha pendidikan untuk membentuk pribadi manusia atau tingkatan yang dikehendaki, tanpa didukung oleh potensi dasar tersebut, harapan tersebut tidak akan tercapai. Menurut Muhammad Noor Syam, bahwa aliran ini bersifat pesimistik, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan untuk merubah kepribadian.
3)      Aliran konfergensi, bahwa perkembangan manusia itu berlangsung atas pengaruh dari faktor-faktor bakat/ kemampuan dasar dan alam sekitar, termasuk pendidikan. Karena dalam kenyataannya menunjukkan bahwa bawaan dasar yang baik saja, tanpa dibina oleh alam lingkungan, termasuk budaya dan pendidikan tidak akan mencetak pribadi yang ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik terutama pendidikan, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dasar tadi, tidak akan menghasilkan kepribadian yang sesuai dengan harapan tujuan pendidikan. Dengan demikian proses perkembangan dan pembentukan kepribadian manusia merupakan proses interaktif dan dialektis antara kemampuan dasar dan alam lingkungan secara berkesinambungan. Perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerjasama kedua faktor, baik internal (potensi hereditas), maupun faktor eksternal ( lingkungan budaya dan pendidikan).

b.      Analisis dengan  filsafat pendidikan Islam
4)      Perbedaan Aliran empirisme dengan filsafat pendidikan Islam, perbedaannya adalah bahwa system pendidikan Islam berbeda dengan teori tabularasa, karena putihnya anak dalam dalam pendidikan Islam bukan berarti kosong, tidak membawa potensi apa-apa, tetapi justru berisi dengan mental spiritual (fitrah tauhid). Maka peran pendidik dalam sistem pendidikan Islam lebih terbatas pada aktualisasi daya-daya fitrah ini, tidak sebebas pendidikan empirisme yang tidak dibatasi oleh nilai-nilai tertentu.
5)      Perbedaan Aliran nativisme dengan filsafat pendidikan Islam, adalah guru selain sebagai pembimbing dan fasilitator, unsure bakat dan kemampuan yang diperoleh guru, ia bertanggung jawab akan pembentukan kepribadian pembelajar yang belum dewasa. Disamping ia bertanggung jawab kepada kemanusiaan, juga bertanggung jawab kepada Tuhan atas kerja pendidikan yang dilakukan.
6)      Perbedaan aliran korvegensi dengan filsafat pendidikan Islam, adalah sistem pendidikan Islam lebih menekankan pada pembentukan kepribadian yang berujung pada fitrah dasar manusia untuk mengetahui tentang Tuhan dan bertaqwa kepada-Nya, sementara konvergensi berujung pada kesejahteraan duniawi dan peradaban terbatas. Dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam yang ingin dikembangkan adalah tidak ada dikotomi antara ilmu dan agama, dan dunia akhirat. Dalam tataran aksiologi, ilmu tidak bebas nilai, mengajarkan agama dengan bahas ilmu pengetahuan, bahasa perasaan hati, dan bahasa pengalaman praktik.
2.       Tiga aliran dalam Filsafat Pendidikan Islam, fatalis-pasif, netral-pasif, positif-aktif, dan dualis-aktif.

a.       Aliran yang berpandangan fatalis-pasif, mempercayai bahwa setiap individu karakternya baik atau jahat melalui ketetapan Allah. Faktor-faktor eksternal, termasuk paradigma pendidikan karakter tidak begitu berpengaruh karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya. Karakter positif atau negatif seseorang telah ditentukan lebih dahulu sebelum dia lahir ke dunia yang dikenal dengan ilmu azali Allah.
b.      Pandangan netral-pasif, yakni anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan sempurna, suatu keadaan kosong. Sama halnya dengan teori tabularasa yang dikemukakan John Lock bahwa manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu goresan apa pun. Manusia berpotensi berkarakter baik dan tidak baik itu karena mendapat pengaruh dari luar terutama orang tua. Pengaruh baik dan buruk tersebut akan terus mengiringi kehidupan setiap insan dan karakter yang terbentuk tergantung mana yang dominan memberi pengaruh. Jika pengaruh baik lebih dominan, maka seseorang akan berkarakter baik, begitu pula sebaliknya apabila yang lebih dominan adalah pengaruh buruk, maka karakter yang terbentuk karakter tidak baik.
c.       Aliran positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah berkarakter baik, kuat dan aktif, sedangkan lingkunganlah yang membelenggu manusia sehingga ia menjauh dari sifat bawaannya.
d.      Aliran dualis-aktif yakni manusia memiliki dua sifat ganda yang sama kuatnya. Sifat baik dan buruk. Tergantung kedekatan manusia terhadap lingkungan yang baik  atau buruk. Jika ia dekat dengan teman yang berkarakter baik, maka seseorang tersebut akan mengambil sifat baiknya, dan sebaliknya. Penanaman kebiasaan positif amat penting untuk diupayakan sejak kecil agar karakter atau sifat baik lebih kuat.
 
3.      Tiga faktor yang mempengaruhi manusia yaitu faktor hereditas, faktor lingkungan, dan kehendak bebas manusia atas petolongan Allah. Dan hubungan masing-masing faktor sehingga melahirkan perbuatan!
a.       Faktor hereditas, faktor lingkungan, dan faktor  kehendak bebas manusia atas petolongan Allah.
1)      Faktor hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-cabang untuk meniru sumber mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya. Islam sangat memperhatikan faktor hereditas ini dalam pembentukan kepribadian seseorang dan mengarahkannya ke hal Yang positif.
2)      Faktor lingkungan merupakan elemen yang signifikan dalam pembentukan personalitas serta pencapaian keinginan-keinginan individu dalam kerangka umum peradaban. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu lingkungan alam yakni bumi dengan semua yang ada di atas dan di bawah serta pada berbagai kekuatan dan energinya. Dan lingkungan social yakni masyarakat manusia serta berbagai hubungan antara invidu-individu dan kelompok-kelompok.
3)      Faktor kehendak bebas manusia atas petolongan Allah merupakan faktor yang dibentuk karena ada pertolongan dari Allah artinya manusia bisa menjadi baik dan tidak baik tergantung pada pertolongan dari Allah, karena dengan kehendak bebas manusia dan kemampuannya sesuai dengan batas-batas kemanusiaanya akan dapat mengalahkan dua faktor tersebut atas pertolongan Allah (bi ma'unatillah). Apa yang diketahui oleh manusia tentang hukum-hukum alam (sunnatullah) termasuk hereditas dan alam sifatnya tidak pasti, sesuatu yang bersifat absolut dan pasti hanyalah kebenaran yang dating dari Allah.
  
b.      Hubungan antar masing-masing faktor, bahwa dalam pendidikan Islam dalam pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor hereditas (keturunan), faktor lingkungan, dan kebebasan manusia atas pertolongan Allah, dimana dari ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam pembentukan kepribadian mansuia yaitu tabiat individu, seperti kapasitas akal, kalbu, nafs, fisik, dan lain-lain, factor lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan faktor kehendak bebas manusia merespon dirinya dan lingkungannya. Kemudian  dari tiga faktor tersebut berada dalam kawalan pertolongan Allah. Jadi kepribadian manusia itu terbentuk karena adanya interaksi dari ketiga faktor tersebut.

4.      Tiga Kesadaan dalam pendidikan Islam yaitu kesadaran magis-paradigma konserfatif, kesadaran naïf paradigma liberal, kesadaran kritis paradigma kritis.
a.       Kesadaran magis-paradigma konservatif, kesadaran magis yaitu kesadaran yang terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai hal-hal yang supranatural. Masyarakat ini meyakini bahwa kekuatan terbesar yang mempengaruhi kehidupan mereka adalah hal-hal yang gaib, mistis, supranatural. Kesadaran magis ini melahirkan paradigma koservatif yaitu paradigma pendidikan yang lebih berorientasi pada pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi. Paradigma pendidikan konservatif sangat mengidealkan masa silam (past oriented) sebagai patron ideal dalam pendidikan.
b.      Kesadaran naif-paradigma liberal, kesadaran naïf yaitu masyarakat yang memandang bahwa setiap ketidak adilan sosial berakar dari kelamahan manusia, masyarakat dengan kesadaran naïf terbentuk masyarakat yang percaya bahwa kekuatan natural (alam) adalah kekuatan terbesar yang mempengaruhi segala masalah di dunia ini. Sehingga kesadaran ini melahirkan paradigma liberal yaitu paradigma pendidikan yang berorientasi mengarahkan peserta didik pada prilaku-prilaku personal yang efektif, dengan mengejar prestasi individual. Sehingga yang terjadi adalah persaingan individual yang akan mengarahkan peserta didik pada individualisme dan tidak melihat pendidikan sebagai proses pengembangan diri secara kolektif.
c.       Kesadaran kritis-paradigma pendidikan kritis, kesadaran kritis yaitu masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di dunia ini diciptakan oleh sistem yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Masyarakat kritis adalah masyarakat yang keyakinannya telah bergeser dari kepercayaan kekuatan terbesarnya kepada alam menuju kekuatan manusia. Kesadaran kritis melahirkan paradigma kritis yaitu paradigma pendidikan yang menganut bahwa pendidikan adalah diorientasikan pada refleksi kritis terhadap sistem dan struktur sosial yang menyebabkan terjadinya berbagai ketimpangan. Paradigma pendidikan kritis mengarahkan peserta didik pada kesadaran kritis, yaitu jenis kesadaran yang melihat realitas sebagai satu kesatuan yang kompleks dan saling terkait satu sama lain.


2 komentar :

  1. A Guide to a Vegas Slots Casino – How to Find a Casino Bonus
    The 청주 출장샵 best casino bonuses · A Vegas casino site – The best casinos · The best bonuses 공주 출장안마 · One thing you should know about 남양주 출장안마 casinos · The 창원 출장안마 casino site bonus for new players. 창원 출장안마

    BalasHapus
  2. The History of the Casino - One of the Most Popular Casinos
    A relative communitykhabar newcomer to the world of online gambling, Wynn wooricasinos.info Las Vegas opened its www.jtmhub.com doors 바카라 사이트 to a new audience of casinosites.one over 600,000 in 2017. This was the first casino

    BalasHapus