Nama : Edi
Susanto
NIM : 1120410080
Mata Kuliah : Filsafat
Pendidikan Islam
Dosen : Prof.
Dr. H. Maragustam Siregar, MA
Soal.
1.
Perbedaan
aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi. Kemudian analisis dari sudut
pandang filsafat pendidikan Islam.
a.
Perbedaan
aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi
1)
Aliran emperisme, bahwa
perkembangan dan pembentukan manusia itu ditentukan oleh faktor-faktor
lingkungan, termasuk pendidikan. Aliran ini dikenal dengan yang dikenal
denga teori Tabularasa
atau Empirisme yaitu bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih, dan
lingkungan itulah yang memberi corak atau tulisan pada kertas putih tersebut.
Pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi
seseorang. Nampak dari teori ini bersifat optimis, karena bagaimanpun juga
lingkungan dapat diusahakan dan diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
2)
Aliran nativisme, bahwa
perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat
serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Proses pembentukan dan perkembangan
pribadi ditentukan faktor pembawaan ini, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh
alam sekitar atau pendidikan. Potensi-potensi bawaan inilah sebagai kepribadian
manusia, bukan hasil binaan lingkungan pengalaman dan pendidikan. Bagaimanapun
usaha pendidikan untuk membentuk pribadi manusia atau tingkatan yang
dikehendaki, tanpa didukung oleh potensi dasar tersebut, harapan tersebut tidak
akan tercapai. Menurut Muhammad Noor Syam, bahwa aliran ini bersifat
pesimistik, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya tanpa kepercayaan
adanya nilai-nilai pendidikan untuk merubah kepribadian.
3)
Aliran konfergensi, bahwa
perkembangan manusia itu berlangsung atas pengaruh dari faktor-faktor bakat/
kemampuan dasar dan alam sekitar, termasuk pendidikan. Karena dalam
kenyataannya menunjukkan bahwa bawaan dasar yang baik saja, tanpa dibina oleh
alam lingkungan, termasuk budaya dan pendidikan tidak akan mencetak pribadi
yang ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik terutama pendidikan, tetapi tidak
didukung oleh kemampuan dasar tadi, tidak akan menghasilkan kepribadian yang
sesuai dengan harapan tujuan pendidikan. Dengan demikian proses perkembangan
dan pembentukan kepribadian manusia merupakan proses interaktif dan dialektis
antara kemampuan dasar dan alam lingkungan secara berkesinambungan.
Perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerjasama kedua faktor,
baik internal (potensi hereditas), maupun faktor eksternal ( lingkungan budaya
dan pendidikan).
b.
Analisis
dengan filsafat pendidikan Islam
4)
Perbedaan Aliran empirisme dengan filsafat pendidikan Islam, perbedaannya adalah bahwa system pendidikan Islam berbeda dengan
teori tabularasa, karena putihnya anak dalam dalam pendidikan Islam bukan
berarti kosong, tidak membawa potensi apa-apa, tetapi justru berisi dengan
mental spiritual (fitrah tauhid). Maka peran pendidik dalam sistem pendidikan
Islam lebih terbatas pada aktualisasi daya-daya fitrah ini, tidak sebebas
pendidikan empirisme yang tidak dibatasi oleh nilai-nilai tertentu.
5)
Perbedaan Aliran nativisme dengan filsafat pendidikan Islam, adalah guru selain sebagai pembimbing dan fasilitator, unsure bakat
dan kemampuan yang diperoleh guru, ia bertanggung jawab akan pembentukan
kepribadian pembelajar yang belum dewasa. Disamping ia bertanggung jawab kepada
kemanusiaan, juga bertanggung jawab kepada Tuhan atas kerja pendidikan yang
dilakukan.
6)
Perbedaan aliran korvegensi dengan filsafat pendidikan Islam, adalah sistem pendidikan Islam lebih menekankan pada pembentukan
kepribadian yang berujung pada fitrah dasar manusia untuk mengetahui tentang Tuhan
dan bertaqwa kepada-Nya, sementara konvergensi berujung pada kesejahteraan
duniawi dan peradaban terbatas. Dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam yang
ingin dikembangkan adalah tidak ada dikotomi antara ilmu dan agama, dan dunia
akhirat. Dalam tataran aksiologi, ilmu tidak bebas nilai, mengajarkan agama
dengan bahas ilmu pengetahuan, bahasa perasaan hati, dan bahasa pengalaman
praktik.
2.
Tiga aliran dalam Filsafat Pendidikan Islam, fatalis-pasif,
netral-pasif, positif-aktif, dan dualis-aktif.
a.
Aliran
yang berpandangan fatalis-pasif,
mempercayai bahwa setiap individu karakternya baik atau jahat melalui ketetapan
Allah. Faktor-faktor eksternal, termasuk paradigma pendidikan karakter tidak
begitu berpengaruh karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah
ditentukan sebelumnya. Karakter positif atau negatif seseorang telah ditentukan
lebih dahulu sebelum dia lahir ke dunia yang dikenal dengan ilmu azali Allah.
b.
Pandangan
netral-pasif, yakni anak
lahir dalam keadaan suci, utuh dan sempurna, suatu keadaan kosong. Sama halnya
dengan teori tabularasa yang dikemukakan John Lock bahwa manusia lahir seperti
kertas putih tanpa ada sesuatu goresan apa pun. Manusia berpotensi berkarakter
baik dan tidak baik itu karena mendapat pengaruh dari luar terutama orang tua.
Pengaruh baik dan buruk tersebut akan terus mengiringi kehidupan setiap insan
dan karakter yang terbentuk tergantung mana yang dominan memberi pengaruh. Jika
pengaruh baik lebih dominan, maka seseorang akan berkarakter baik, begitu pula
sebaliknya apabila yang lebih dominan adalah pengaruh buruk, maka karakter yang
terbentuk karakter tidak baik.
c.
Aliran
positif-aktif yakni bawaan
dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah berkarakter baik, kuat dan aktif,
sedangkan lingkunganlah yang membelenggu manusia sehingga ia menjauh dari sifat
bawaannya.
d.
Aliran
dualis-aktif yakni manusia
memiliki dua sifat ganda yang sama kuatnya. Sifat baik dan buruk. Tergantung
kedekatan manusia terhadap lingkungan yang baik atau buruk. Jika ia dekat
dengan teman yang berkarakter baik, maka seseorang tersebut akan mengambil
sifat baiknya, dan sebaliknya. Penanaman kebiasaan positif amat penting untuk diupayakan
sejak kecil agar karakter atau sifat baik lebih kuat.
3.
Tiga
faktor yang mempengaruhi manusia yaitu faktor hereditas, faktor lingkungan, dan
kehendak bebas manusia atas petolongan Allah. Dan hubungan masing-masing faktor
sehingga melahirkan perbuatan!
a.
Faktor
hereditas, faktor lingkungan, dan faktor
kehendak bebas manusia atas petolongan Allah.
1)
Faktor
hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-cabang untuk meniru sumber mulanya
dalam komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya menggambarkan
sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya. Islam sangat memperhatikan
faktor hereditas ini dalam pembentukan kepribadian seseorang dan mengarahkannya
ke hal Yang positif.
2)
Faktor
lingkungan merupakan elemen yang signifikan
dalam pembentukan personalitas serta pencapaian keinginan-keinginan individu
dalam kerangka umum peradaban. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu
lingkungan alam yakni bumi dengan semua yang ada di atas dan di bawah serta
pada berbagai kekuatan dan energinya. Dan lingkungan social yakni masyarakat
manusia serta berbagai hubungan antara invidu-individu dan kelompok-kelompok.
3)
Faktor kehendak bebas manusia atas petolongan Allah merupakan faktor yang dibentuk karena ada pertolongan dari Allah
artinya manusia bisa menjadi baik dan tidak baik tergantung pada pertolongan
dari Allah, karena dengan kehendak bebas manusia dan kemampuannya sesuai dengan
batas-batas kemanusiaanya akan dapat mengalahkan dua faktor tersebut atas
pertolongan Allah (bi ma'unatillah). Apa yang diketahui oleh manusia
tentang hukum-hukum alam (sunnatullah) termasuk hereditas dan alam
sifatnya tidak pasti, sesuatu yang bersifat absolut dan pasti hanyalah kebenaran
yang dating dari Allah.
b.
Hubungan antar masing-masing faktor, bahwa dalam pendidikan Islam dalam pembentukan kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor hereditas (keturunan),
faktor lingkungan, dan kebebasan manusia atas pertolongan Allah, dimana dari
ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya
dalam pembentukan kepribadian mansuia yaitu tabiat individu, seperti kapasitas
akal, kalbu, nafs, fisik, dan lain-lain, factor lingkungan baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial dan faktor kehendak bebas manusia merespon dirinya dan
lingkungannya. Kemudian dari tiga faktor
tersebut berada dalam kawalan pertolongan Allah. Jadi kepribadian
manusia itu terbentuk karena adanya interaksi dari ketiga faktor tersebut.
4.
Tiga
Kesadaan dalam pendidikan Islam yaitu kesadaran magis-paradigma konserfatif,
kesadaran naïf paradigma liberal, kesadaran kritis paradigma kritis.
a. Kesadaran magis-paradigma konservatif, kesadaran
magis yaitu kesadaran yang terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai
hal-hal yang supranatural. Masyarakat ini meyakini bahwa kekuatan terbesar yang
mempengaruhi kehidupan mereka adalah hal-hal yang gaib, mistis, supranatural. Kesadaran
magis ini melahirkan paradigma koservatif yaitu paradigma pendidikan yang lebih
berorientasi pada pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta
tradisi. Paradigma pendidikan konservatif sangat mengidealkan masa silam (past
oriented) sebagai patron ideal dalam pendidikan.
b. Kesadaran naif-paradigma liberal, kesadaran naïf
yaitu masyarakat yang memandang bahwa setiap ketidak adilan sosial berakar dari
kelamahan manusia, masyarakat dengan kesadaran naïf terbentuk masyarakat yang
percaya bahwa kekuatan natural (alam) adalah kekuatan terbesar yang
mempengaruhi segala masalah di dunia ini. Sehingga kesadaran ini melahirkan
paradigma liberal yaitu paradigma pendidikan yang berorientasi mengarahkan
peserta didik pada prilaku-prilaku personal yang efektif, dengan mengejar
prestasi individual. Sehingga yang terjadi adalah persaingan individual yang
akan mengarahkan peserta didik pada individualisme dan tidak melihat pendidikan
sebagai proses pengembangan diri secara kolektif.
c. Kesadaran kritis-paradigma pendidikan kritis, kesadaran
kritis yaitu masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di dunia ini diciptakan
oleh sistem yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Masyarakat kritis adalah
masyarakat yang keyakinannya telah bergeser dari kepercayaan kekuatan
terbesarnya kepada alam menuju kekuatan manusia. Kesadaran kritis melahirkan
paradigma kritis yaitu paradigma pendidikan yang menganut bahwa pendidikan adalah
diorientasikan pada refleksi kritis terhadap sistem dan struktur sosial yang
menyebabkan terjadinya berbagai ketimpangan. Paradigma pendidikan kritis
mengarahkan peserta didik pada kesadaran kritis, yaitu jenis kesadaran yang
melihat realitas sebagai satu kesatuan yang kompleks dan saling terkait satu
sama lain.
A Guide to a Vegas Slots Casino – How to Find a Casino Bonus
BalasHapusThe 청주 출장샵 best casino bonuses · A Vegas casino site – The best casinos · The best bonuses 공주 출장안마 · One thing you should know about 남양주 출장안마 casinos · The 창원 출장안마 casino site bonus for new players. 창원 출장안마
The History of the Casino - One of the Most Popular Casinos
BalasHapusA relative communitykhabar newcomer to the world of online gambling, Wynn wooricasinos.info Las Vegas opened its www.jtmhub.com doors 바카라 사이트 to a new audience of casinosites.one over 600,000 in 2017. This was the first casino